skip to main | skip to sidebar

Pages

19 Aug 2010

Izinkan Abang Menikah lagi......




"Sayang, Abang minta izin untuk menikah lagi," Aliyah yang sedang melipat kain, terdiam seketika. Mungkin terkejut. Adakah pendengarannya kian kabur lantaran usianya yang kian beranjak. Adakah percakapan tadi hanya didengar dari TV, sementaraTV juga dipasang. 

Tapi, ahh bukanlah...TV sedang menayangkan iklan Sunsilk, mustahil...

Dia menghela nafas panjang.


Dia memandang sekali imbas wajah Asraf Mukmin, kemudian tersenyum. Meletakkan kain yang telah siap dilipat di tepi, bangun lantas menuju ke dapur. Langkahnya diatur tenang. Segelas air sejuk diteguk perlahan. Kemudian dia kekamar Balqis, Sumayyah, Fatimah. Rutin hariannya, mencium puteri-puterinya sebelum dia masuk tidur. Dahulu, semasa puterinya masih kecil , rutin itu dilakukan dengan suaminya. Kini, anak-anak kian beranjak remaja. Kemudian, dia menjenguk kamar putera bujangnya yang berdua, si kembar, Solehin dan Farihin. Setelah itu dia kembali menemui suaminya.

Asraf Mukmin hanya diam, membatu diri. Dia amat mengenali isterinya. Jodoh yang diatur keluarga hampir 16 tahun yang lalu menghadiahkan dia sebuah keluarga yang bahagia, Aliyah adalah seorang isteri solehah. Namun, kehadiran Qistina, gadis genit yang bekerja sbg sekretaris dikantornya benar-benar membuatkan dia lemah.

"Kau mampu Asraf, dengan gajimu skrg ini, aku rasa kau mampu untuk beri makan 2 keluarga," sokongan Hanif, teman sekantor menguatkan lagi hujah apabila dia berdepan dengan Aliyah.

" Abang Asraf, Qis tak masalah. Qis sanggup dirmadu jika itu yang ditakdirkan. Bimbinglah Qis, Qis perlukan seseorang yang mampu memimpin Qis," masih terngiang-ngiang bicara lunak Qis.

Akhir-akhir ini, panas rasanya punggung dia di rumah. Pagi-pagi, selesai solat subuh, cepat-cepat dia bersiap untuk ke kantor. Tidak seperti biasanya, dia akan bersarapan bersama-sama isteri dan anak- anak. Aduhai, sungguh Qis gadis kelahiran Bumi Kenyalang benar-benar menjerat hatinya.

" Abang , Aliyah setuju dengan permintaan Abang. Tapi, Aliyah nak berjumpa dengan wanita itu," Lembut dan tenang sayup-sayup suara isterinya. Dia tahu, Aliyah bukan seorang yang panas hati. Aliyah terlalu sempurna, baik tetapi ahh hatinya kini sedang menggilai wanita yang jauh lebih muda.

"Bawa dia ke sini, tinggalkan dia bersama Aliyah selama 1 hari saja, boleh?" pelik benar permintaan isterinya. Hendak diapakan  buah hatinya itu? Namun, tanpa sadar dia mengangguk, tanda setuju. Sebab, dia yakin isterinya tidak akan melakukan perkara yang bukan-bukan. Dan hakikatnya dia seharusnya bersyukur. Terlalu bersyukur. Kalaulah isterinya itu wanita lain, alamatnya perang dunia meletus lah jawabnya. Melayanglah periuk belanga. Ehhh, itu zaman dulu-dulu. Zaman sekarang ini, isteri-isteri lebih bijak.

Teringat dia kisah seorang tentara yang disimbah dengan asid, gara-gara menyuarakan keinginan untuk menambah cawangan lagi satu. Kecacatan seumur hidup diterima sebagai hadiah sebuah perkahwinan yang tidak sempat dilangsungkan. Dan dia, hanya senyuman daripada Aliyah.

"Apa, Qis harus bertemu dengan isteri Abang," terbelalak bulat mata Qis yang berwarna hijau. "Kak Aliyah yang minta," masih lembut dia membujuk Qis.

"Apa yang mau dialakukan terhadap Qis?" "Takutlah Qis, kalau khilaf  dia bisa bunuh Qis!" terkejut Asraf Mukmin. "Percayalah Qis, Aliyah bukan macam itu orangnya. Abang sudah lama hidup dengannya. Abang faham," Qistina mengalih pandangannya.

Mahu apakah bakal madunya berjumpa dengannya? Dia sering diceritakan dengan berbagai cerita isteri pertama menganiaya isteri kedua. Heh, ini Qistina lah. Jangan haraplah jika dia mau menganiaya aku. Desis hati kecil Qistina. Hari ini genap seminggu Qistina cuti . Seminggu jugalah dia merindu. Puas dicoba untuk menghubungi Qistina, namun tidak berhasil. Rekan serumah menyatakan mereka sendiri tidak mengetahui ke mana Qistina pergi. Genap seminggu juga peristiwa dia menghantar Qistina untuk bertemu oleh Aliyah. Sedangkan dia diminta oleh Aliyah bermunajat di Masjid Putra. Di masjid itu, hatinya benar-benar terusik. Sekian lamanya dia tidak menyibukkan dirinya dengan aktiviti keagamaan di masjid Putra.

Dulu, sebelum dia mengenal Qistina, setiap malam dia selalu bersama dengan Aliyah serta anak-anaknya, berjemaah dengan kariah masjid. Kemudian menghadiri majlis kuliah agama. Membaca Al-Quran secara bertaranum itu adalah kesukaannya. Namun, lenggok Qistina melalaikannya. Haruman Qistina memudarkan bacaan taranumnya. Hatinya benar-benar sunyi. Sunyi dengan tasbih, tasmid yang sering dilagukan. Seharian di Masjid Putra, dia coba mencari dirinya, Asraf Mukmin yang dulu. Asraf Mukmin anak Imam Kampung Seputih. Asraf Mukmin yang asyik dengan berzanji. Menitis air matanya. Hatinya masih tertanya-tanya, apakah yang telah terjadi pada hari itu. Aliyah menunaikan tanggungjawabnya seperti biasa. Tiada kurangnya layanan Aliyah. Mulutnya seolah-olah terkunci untuk bertanya hal calon madu Aliyah.

Tit tit... sms menjengah masuk ke kantong inbox hpya. "Qis minta maaf. Qis bukan pilihan terbaik utk Abang jadikan isteri. Qis tidak sehebat kak Aliyah. Qis perlu jadikan diri Qis sehebatnya untuk bersama Abang."

Dibawah hp, ada sampul surat besar.
 

Teruntuk: Asraf Mukmin, Suami yang tersayang...

Asraf Mukmin diburu keheranan. Sampul berwarna cokelat yang sizenya hampir sama dengan A4 itu dibuka perlahan.



---------------------------------------------------------------

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasihani.


Salam sejahtera buat suami yang tercinta, moga redhaNya sentiasa mengiringi jejak langkahmu. Abang yang dikasihi, genap seminggu pertemuan yang Aliyah jalankan pada Qistina. Terima kasih karena Abang membawakan Aliyah seorang calon madu yang begitu cantik. Di sini Aliyah kemukakan penilaian Aliyah.


1. Dengan ukuran badan ala model, dia memang mengalahkan Aliyah yang sudah tidak ada bentuk badan. Baju- bajunya memang mengikut peredaran zaman. Tapi, Aliyah sayangkan Abang. Aliyah tak sanggup Abang diseret ke neraka karena menanggung dosa. Sedangkan dosa Abang sendiri pun, masih belum mampu untuk dijawab di akhirat sana , apalagi Abang mau menggalas dosa org lain. Aliyah sayangkan Abang...

2. Aliyah ada mengajak dia memasak. Memang pandai dia masak, apatah lagi western food. Tapi, Aliyah sayangkan Abang. Aliyah tahu selera Abang hanya pada lauk pauk kampung. Tapi tak tahulah pula Aliyah kalau-kalau selera Abang sudah berubah. Tapi, Aliyah masih ingat lagi, masa kita sekeluarga singgah di sebuah restoran western food, Abang muntahkan semua makanan western food tu. Lagi satu, anak-anak kita semuanya ikut selera ayah mereka. Kasihan nanti, tak makan  pula anak-anak kita. Aliyah sayangkan Abang...

3. Aliyah ada mengajak dia solat berjemaah. Kalang kabut dibuatnya. Aliyah minta dia jadi Imam. Yelah, nanti dia akan menjadi ibu pada calon anak Abang , jadinya Aliyah harapkan dia mampu untuk mengajar anak-anak Abang untuk menjadi imam dan imamah yang beriman. Tapi, kalau dia sendiri pun kalam kabut memakai mukena... Aliyah sayangkan Abang...

Abang yang disayangi, cukuplah rasanya penilaian Aliyah. Kalau diungkap satu persatu, Aliyah tak terdaya. Abang lebih memahaminya. Ini penilaian selama 1 hari, Abang mungkin dapat membuat penilaian yang jauh lebih baik memandangkan Abang mengenalinya lebih dari Aliyah mengenalinya.

Abang yang dicintai, di dalam sampul ini ada surat ijin berpoligami. Telah siap Aliyah tandatangan. Juga sekeping tiket penerbangan MAS ke Sarawak. Jika munajat Abang di Masjid Putra mengiayakan tindakan Abang ini, ambillah surat ijin ini, isi dan pergilah ke Qistina. Oh ya, lupa Aliyah mau bilang, Qistina telah berada di Sawarak. Menunggu Abang... Aliyah sayangkan Abang...

Tetapi jika Abang merasakan Qistina masih belum cukup hebat untuk dijadikan isteri Abang, pergilah cari wanita yang setanding dengan Aliyah... Aliyah sayangkan Abang
Tetapi, jika Abg merasakan Aliyah adalah isteri yang hebat untuk Abang.. tolonglah bukakan pintu kamar ini. Aliyah bawakan sarapan kegemaran Abang, roti canai.. buatan Aliyah.

Salam sayang, Aliyah Najihah binti Mohd Hazery.




www.iLuvislam.com

0 comments:

Post a Comment